Setiap pasangan pasti berharap menjadi keluarga yang bahagia, tak terkecuali bagi pasangan muda yang baru saja menikah. Mereka pasti berharap memiliki keluarga yang harmonis, sehat lahir batin, saling mencintai, kebutuhan keluarga tercukupi dan memiliki anak yang menyejukkan hati.
Namun kenyataannya banyak berita yang mengabarkan, masih banyak terjadi permasalahan dalam rumah tangga yang berujung pada konflik, kekerasan hingga perceraian. Komnas Perempuan Indonesia mengungkapkan terdapat 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2016. Masih banyak kasus-kasus yang menjadikan hati miris ketika melihat berita konflik dalam rumah tangga, karena konflik orangtua sangat berpengaruh pada kesehatan mental anak.
Apa saja permasalahan yang sering dialami oleh keluarga muda?
1. Belum mampu mengatasi perbedaan
Setiap orang memiliki karakter dan kebiasaan yang unik. Ketika sedang berpacaran selalu tampak yang baik-baik saja. Namun setelah beberapa hari atau beberapa minggu menikah, baru tampak banyak perbedaan. Masing-masing masih bersikap egois, menyelesaikan masalah tidak secara dewasa atau belum mampu mengatasi perbedaan. Bila permasalahannya bertambah parah, dampaknya dapat terjadi konflik berkepanjangan, kekerasan bahkan perceraian.
2. Kesulitan menyikapi intervensi mertua yang berlebihan
Setelah menikah dan punya anak, ada keluarga muda yang masih tinggal bersama mertua. Tak sedikit orangtua atau mertua yang ikut campur secara berlebihan dalam rumah tangga anaknya. Baik perihal ekonomi ataupun pengasuhan terhadap cucunya. Hal ini kerap membuat keluarga muda merasa stress hingga timbul rasa benci kepada mertua. Dampaknya sangat tidak baik terhadap kesehatan keluarga terutama pada perkembangan anak dari keluarga muda tersebut.
3. Pembagian peran pengasuhan yang kurang seimbang
Perbedaan gender yang tidak dipahami dengan benar, kerap menjadi masalah dalam peran pengasuhan. Ada anggapan bahwa laki-laki perannya bekerja dan istri berperan mengasuh anak. Sehingga suami tidak perlu berperan dalam mengasuh anak karena sudah capek bekerja untuk kebutuhan keluarga. Dampaknya sering terjadi konflik dan pengasuhan anak menjadi tidak optimal.
4. Visi misi keluarga yang belum dibentuk dan disepakati
Kebanyakan keluarga muda belum memiliki visi misi keluarga yang detile. Arah pengasuhan anak mau dibawa kemana belum disiapkan matang. Penyebabnya bisa banyak hal, kurangnya wawasan, masih sibuk bekerja, egoisme karier atau bahkan masih memiliki permasalahan diri yang belum tuntas, dll. Dampaknya cara pengasuhan ayah dan ibu berbeda, kemudian anak menjadi bingung.
Saat ini memang belum ada sekolah wajib untuk mempersiapkan diri menjadi orangtua. Namun sebenarnya sudah banyak informasi di media massa atau seminar-seminar tentang parenting. Home education Indonesia adalah satu satunya platform yang menyediakan pembelajaran tentang ibu hamil dan parenting yang terkurikulum secara online. Pada kesempatan ini akan dibuka pembelajaran batch kedua dg tema pembahasan “merencanakan masa depan keluarga”.
Apa saja tema pembelajaran menjadi keluarga bahagia?
1. Ketahanan keluarga
2. Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga
3. Membina rumah tangga
4. Gender dalam keluarga
5. Keluarga dan karir
6. Keuangan dalam keluarga
7. Karakter keluarga
8. Penanaman karakter anak melalui fungsi keluarga
Berapa lama pembelajaran ini dilakukan?
Pembelajarannya akan dilakukan selama 9 minggu, didalam group whatsapp dengan seat terbatas.
Kapan pendaftaran kulwap menjadi keluarga bahagia?
Pendaftaran sudah bisa dimulai dengan menghubungi admin Home education Indonesia di WA 081358391018. Pendaftaran akan ditutup maksimal tanggal 27 Juli 2020 (#2).
Semoga penyelenggaraan kuliah whatsapp ini dapat berjalan lancar dan semoga keluarga di Indonesia dapat menjadi keluarga yang bahagia. Aamiin aamiin ya Robbal alamiin.
Silahkan share informasi bermanfaat ini kepada rekan, saudara atau tetangga yang membutuhkan.