Assalamualaikuum, sobat inspirasi, kali ini saya akan membahas tentang bahaya dan cara mengatasi quarter life crisis. Sudah pada tahu belum tentang Quarter Life Crisis yang bisa berpengaruh terhadap masa depan kita?

  • Pernahkah kita mengalami kebimbingan terhadap karir atau segala sesuatu tentang masa depan kita selepas lulus sekolah?
  • Pernahkah kita mengalamai keraguan bahkan kepasrahan terhadap masalah percintaan ketika sudah berusia diatas 25 tahun?
  • Pernahkah kita merasa sangat gelisah terhadap makna hidup ketika menginjak diusia 20-27 tahun?
  • Pernahkah kita terlintas untuk berputus asa terhadap dinamika hidup kita?
  • Pernah merasa kehilangan arah tentang apa yang mau kita lakukan di kehidupan?
  • Sering kurang motivasi dalam mengerjakan segala sesuatu?
  • Pernah merasa takut tertinggal dari teman-teman sebaya yang sudah mendapat pekerjaan, sudah menikah, dan sebagainya?

Yap… itu semua merupakan beberapa ciri atau gejala kita mengalami Quarter Life Crisis looh… Beberapa jurnal, buku, podcast banyak yang membahas dan meneliti mengenai Quarter Life Crisis. Bahkan Linkedin pernah melakukan survey pada tahun 2017 menunjukkan bahwa sebanyak 75% dari usia 25-33 tahun di dunia mengaku pernah mengalami Quarter Life Crisis (QLC). Nah, Yuk sadari fase QLC ini sebelum terlambat dan cari solusinya dengan membaca artikel berikut yah…

Apa sih QLC itu?

Konsep Quarter Life Crisis ini telah dijabarkan oleh Alexander Robbins & Abby Wilner di bukunya yang berjudul Quarterlife Crisis: The Unique of Life in Your Twenties. Dari buku tersebut Robbins & Willner (2001) menjelaskan bahwa Quarter Life Crisis sebagai fase seseorang diusia 20-25 tahun dalam membuat pilihan yang sesuai dengan masyarakat. Periode kritisnya pada usia 18-29 tahun, dimana kita merasa cemas dan gelisah tentang hidup, biasanya ditandai dengan munculnya keputusasaan, kebingungan terhadap identitas, dan perasaan gelisah terhadap masa depan seperti masalah karir, pendidikan, percintaan, pertemanan dan sebagainya.

Yup.. kecenderungan para remaja hingga dewasa awal akan mengalami hal-hal kebimbangan, kegelisahan, dan sebagainya. Itu semua adalah hal yang wajar dialami remaja menuju dewasa awal.

Tidak dipungkiri bahwa sebagai orang dewasa awal, ibaratnya seperti seorang bayi yang bisa berjalan bahwa setiap saatnya mereka akan banyak belajar untuk berkembang menuju masa anak-anak dengan banyak dinamika pembelajaran dan tantangan baru. Sebelumnya mereka hanya bisa tiduran, menangis, namun untuk bisa berjalan hingga dapat berlari, mereka harus belajar dan terus berlatih. Mulai dari belajar tengkurap, belajar merangkak, belajar berdiri dengan bantuan, belajar berdiri sendiri, hingga bisa melangkahkan kakinya secara perlahan dan berjalan dengan tegap.

Wajar kok, setiap perubahan perkembangan didewasa awal, pasti membutuhkan adaptasi menuju fase baru. Setiap perkembangan akan semakin bertambah pula tanggung jawabnya dibandingkan masa sebelumnya (remaja). Pada fase dewasa awal mulai dituntut beradaptasi dengan masyarakat, perubahan zaman, dan pendewasaan diri lainnya. Adanya dinamika tantangan perubahan itu semua yang akan menjadikan kita bingung, gelisah, pasrah, dan sebagainya. Hal tersebut karena kita belum memahami hal-hal yang harus dilakukan.

Fase bingung, gelisah, bahkan hampir pasrah itu harus kita hadapi dan taklukkan karena akan berpengaruh terhadap hidup kita nantinya. InsyaAllah di balik segala proses yang kita lalui akan banyak pelajaran berharga yang dapat mendewasakan kita untuk siap dan matang dari segi mental, emosional, dan sebagainya.

Apa aja sih pengaruh QLC dalam kehidupan kita nantinya?

Pengaruh QLC ini cukup serius loh,  sobat!
Bagi kita yang menyadari adanya gejala-gejala QLC alangkah baiknya kita harus berani menaklukkan QLC ini dengan tepat. Ketika masa-masa kebimbangan, kegalauan senantiasa datang menghampiri kita, bisa jadi akan membentuk konsep diri yang negatif  loh. Bahaya banget terhadap kesehatan mental kita, gangguan kecemasan (anxiety), terlalu khawatir berlebihan dan takut terhadap apapun sebelum mencobanya. Bisa dibayangkan bagaimana hal negatif tersebut bisa menghambat perkembangan diri kita untuk dapat survive di masa transisi dewasa awal.

Selain itu, pengaruh buruknya terhadap kesehatan antara lain, dapat menganggu sistem pencernaan, mengganggu fungsi otak, masalah pada jantung dan imunitas tubuh menurun.

Ngeri bangeet yahh… pengaruh QLC terhadap masa depan kita? Nah untuk itu kita harus menyelesaikan persoalan QLC tersebut dengan tepat dan cepat, sehingga kita bisa memiliki perencaan hidup dan karir yang sesuai dan mampu tangguh dalam menghadapi rintangan kedepannya.

Banyak pengaruh QLC terhadap kehidupan kita kedepan. Hal tersebut bukan lantas menjadikan kita takut untuk melangkah dan menaklukkannya yah sobat!

Tips menaklukkan Quarter Life Crisis:

1. Temukan Tujuan Hidup

Output dari menemukan tujuan hidup adalah membuat standart hidup bahagia yang akan kita capai. Standart yang berpacu pada nilai yang memberikan bahagia yang maksimal. Mungkin kita pernah melihat fenomena ada orang yang bahagia hanya makan dengan nasi tanpa lauk, ada orang yang bahagia makan nasi dengan lauk. Semua orang memiliki standart bahagianya masing-masing, karena mereka memiliki tujuan hidup masing-masing.

Namun, tujuan hidup yang hakiki dan bisa menjadi benteng kita kedepannya adalah tujuan hidup yang standartnya adalah mendapatkan kebahagiaan dari Allah SWT. Apabila kesulitan untuk menemukan tujuan hidup, bisa mencari di beberapa refrensi sumber terpercaya atau bisa juga mengkonsultasikannya dengan orang ahli seperti ustad atau orang yang telah survive melewati masa Quarter Life Crisis-nya.

2. Kenali Diri Sendiri

Memahami kelebihan dan kelemahan diri sendiri sangatlah penting agar kita tidak menganggap diri sendiri terlalu banyak kekurangannya. Mengenali diri perlu dilakukan supaya kita bisa bersyukur terhadap apa yang kita miliki saat ini dan kita dapat mengeksplore diri kita secara maksimal dengan fokus pada kelebihan yang kita miliki. Kelebihan diri meliputi, kemampuan diri dalam bidang apapun, karakter2 baik yang dimiliki dan minat terhadap suatu hal yang sangat kita senangi untuk mempelajarinya.

Dengan mengetahui kelemahan diri pun bukan berarti kita langsung menghindari hal-hal yang menjadi kelemahan kita. Kita juga bisa menutupi kelemahan kita tersebut dengan berkolaborasi dengan orang lain yang tepat atau terus mengasah kemampuan yang menurut kita lemah dengan batasan tertentu. Sehingga kita tidak terlalu lama mendalami hal-hal yang menjadi kelemahan kita. Ukurlah perkembangan diri sendiri saat ini dengan perkembangan diri sebelumnya.

3. Menyusun Rencana Hidup

Menyusun rencana hidup sangat penting agar tujuan hidup kita tercapai dan setiap kegiatan kita terarah. Menyusun rencana hidup ini sama halnya dengan membuat strategi terhadap langkah-langkah yang harus kita jalankan untuk mencapai tujuan hidup kita. Rencana hidup disini juga harus sinkron dan terarah, sehingga kita dapat mengetahui perkembangan pencapaian diri kita. Kita perlu membreakdown pencapaian yang harus kita capai setiap tahunnya, 3 tahun kedepan, 5 tahun kedepan atau bahkan 30 tahun kedepan. Kalau bisa dibuat rencana hidup di beberapa aspek sekaligus. Aspek ekonomi, rencana berkeluarga, rencana peningkatan skill untuk karier, peningkatan spiritual, dll.

Misalnya dalam pencapaian karir, ingin seperti apa yang sesuai dengan value atau tujuan hidup kita? Sehingga kita memiliki gambaran rencana kedepannya, tahun depan, 3 tahun lagi atau bahkan 30 tahun lagi. Langkah selanjutnya adalah membuat to do list kegiatan tiap bulan dan bisa membuat mini planner harian terkait pencapain harian atau membuat checklist journal terhadap pencapaian yang kita lalui.

4. Fokus dan Konsisten Menjalankan Rencana sesuai Tujuan Hidup

Apabila kita sudah menetapkan tujuan hidup dan rencana hidup kedepannya, kita perlu fokus melihat dan menjalankan prosesnya sesuai dengan langkah-langkah yang sudah disusun. Fokus disini dalam artian berhenti untuk tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Lalu dalam prosesnya perlu istiqamah atau konsisten untuk dapat mencapai apa yang kita inginkan, mencari peluang usaha dan banyak belajar dari kisah orang-orang sukses. Apabila kita terus berlatih dan diniatkan untuk istiqamah mencapai tujuan kebaikan, InsyaAllah apa yang kita usahakan akan tercapai.

Seperti teori Malcolm Gladwell dalam buku outliers to become expert, bahwa untuk menjadi ahli maka butuh 10.000 jam untuk praktik dan latihan. Bila seminggu kita bisa praktik 42 jam atau sehari praktik 6 jam, maka butuh waktu 5 tahun untuk menjadi ahli. Namun bila sehari hanya praktik 2 jam, maka butuh 14 tahun untuk menjadi ahli. Namun berapa lama yang harus kita lalui bila praktiknya sehari hanya 15 menit? atau tidak praktik dan latihan sama sekali ??? Harus kerja keras, kerja cerdas dan Istiqomah.

Kesimpulan

Setiap waktu kita pasti akan diuji. Saat ini kita akan diuji dengan adanya pandemic covid 19. Kita bisa diuji dengan apa yang kita cintai, bisa juga diuji dengan keadaan ekonomi atau bahkan diuji dengan kekhawatiran terhadap masa depan, dll.

Ujian adalah tempaan keimanan kita yang telah tertulis dalam perintah agama, bahwa “janganlah kamu mengira akan masuk surga, sebelum datang cobaan seperti yang dialami orang-orang terdahulu” (QS. AL Baqoroh 214).

Masa Quarter Life Crisis adalah wajar dialami oleh orang-orang yang berusia sekitar seperempat abad. Itu artinya bahwa orang tersebut sedang peduli dan memikirkan keadaan dirinya. Tidak perlu menyalahkan diri sendiri, hadapi dengan optimis, tentukan tujuan hidup, kenali diri sendiri, susun rencana yang sesuai dengan tujuan hidup serta keadaan diri dan jalankan dengan konsisten. Semoga kita dapat melampauinya dan dapat menjadikannya sebagai pembelajaran terbaik untuk pendewasaan diri, aamiin aamiin ya Robbal alamiin.