Setiap anak dilahirkan sesuai fitroh dan memiliki karakter unik masing-masing. Bagi anak usia dini masing-masing berbeda proses dan waktunya dalam beradaptasi masuk sekolah dan berpisah dengan ibu asuh, ada yang mudah dan ada yang tidak mudah.
Bagi anak yang tidak mudah berpisah dengan ibu asuh, pastilah ada perasaan tidak nyaman, ada anak yang mengalami false believe dan ada yang menunjukkan respon perilaku negatif. Setiap anak responnya belum tentu sama. Sehingga kita sebagai orangtua ataupun pendidik harusnya memahami akan hal ini untuk tidak memperlakukan sama pada setiap anak.
Bagi orangtua yang hendak mendaftarkan anaknya bersekolah, sebaiknya menunggu anak berusia cukup (4 – 5th = Preschool) atau telah menilai anak siap. Lakukan observasi dan beberapa stimulus sederhana berikut:
- Perhatikan permainan yang dipilih anak, apakah anak mulai tertarik berinteraksi dengan teman sebayanya untuk bermain bersama dengan teman (associative play)?
- Dapatkah anak bermain dengan teman tanpa bantuan anda
- Perhatikan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan anak tentang sekolah (rasa ingin tau anak sudah tinggi), seperti “di sekolah ngapain aja ma?”, “di sekolah ada apa saja ma?”, dll.
- Ketika melihat anak lain berseragam dan berangkat ke sekolah, apakah anak menunjukkan ekspresi mata berbinar-binar ?
- Permintaan eksplisit anak, seperti “aku mau sekolah ma…”
- Stimuluslah anak dengan menciptakan lingkungan seperti di sekolah:
- Ketika orangtua membacakan buku (berkisah dan mendongeng), Apakah anak tertarik mendengarkan ?
- Buat permainan motorik kasar dan halus bersama dengan teman didekat rumah, apakah anak memahami instruksi dan antusias mengerjakan?
- Dukung dengan fasilitas buku-buku tentang kemandirian, video pendek tentang suasana belajar dan bermain disekolah (misalnya Diva the series)
- Lakukan roleplay dirumah yaitu anda berperan sebagai ibu/bapak guru di sekolah, dll.
Ketika hampir 95% anak telah memenuhi checklist diatas, anda dapat secara mandiri menilai kesiapan anak anda untuk bersekolah.
Selain membahas tentang kesiapan anak masuk sekolah, ada bab khusus yang juga penting untuk dinilai yaitu tentang kesiapan anak berpisah sebentar dengan pengasuh utama (ibu). Meskipun anak dikatakan siap untuk bersekolah, namun bagi beberapa anak ada yang belum siap untuk berpisah dengan ibu asuh, walaupun hanya sebentar saja.
Faktor penyebab anak tidak mudah berpisah dengan ibu asuh
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan anak tidak mudah berpisah dengan ibu asuh saat bersekolah, anak minta ditungguin terus didalam kelas pada awal-awal bersekolah. Beberapa faktor tersebut adalah:
- Attachment dengan ibu asuh yang sangat kuat, terlalu nyaman bermain bersama dengan ibu asuh
- Faktor birth order, biasanya terjadi pada anak pertama yang belum memiliki saudara kandung atau kakak sepupu yang tinggal berdekatan
- Adanya pandemic, yang membuat orangtua lebih protektif terhadap anak,
- Anak jarang diajak berinteraksi dengan orang lain kecuali dengan keluarga sendiri
- Faktor kepribadian yang dimiliki oleh anak, misalnya
- Extravertion rendah, anak membutuhkan waktu lebih banyak untuk bergaul dengan oranglain
- Neurotisme tinggi terhadap lingkungan baru, karena belum kenal, belum nyaman, belum percaya dengan lingkungan baru
Tidak sepenuhnya salah apa yang dialami oleh anak tersebut, karena anak sedang berproses belajar sosial kemandirian. Observasilah apakah anak anda sudah masuk periode sensitif bersosialisasi.
Janganlah di judge atau di label, seperti “kamu koq pemalu banget sih”; “kamu koq penakut banget sih”; atau sindiran-sindiran yang dilontarkan dari oranglain “nanti mamanya juga ikut pakai seragam ya…”; “kalau ditungguin terus, nanti ndak punya teman lho”, dll.
Jangan pula memperlakukan anak dengan langsung ditinggal hingga nangis parah sampai ngejer lebih dari 15 atau 30 menit. Bayangkan, bila anda sebagai anak tersebut, apa yang anda rasakan, pikirkan dan anda lakukan?
Bayangkan apa yang anda rasakan sebagai anak tersebut? Aku merasakan ancaman yang luar biasa, karena berada dilingkungan baru yang sama sekali belum kukenal, ditinggal sendirian oleh orang yang ku percaya, aku takut, sedih dan merasa tidak disayang oleh orangtuaku.
Apa yang anda pikirkan sebagai anak tersebut? Aku punya false believe bahwa orangtuaku tidak sayang karena meninggalkanku begitu saja, orangtuaku jahat, orangtuaku tega meninggalkanku begitu saja, padahal aku membutuhkan orangtuaku karena dia satu-satunya orang yang aku percaya.
Apa yang akan anda lakukan sebagai anak tersebut? Menangis sampai ngejer; bila tenggorokan kering karena nangis terlalu lama, tidak akan mood untuk minum walaupun sebenarnya sangat membutuhkan minum; Bila ingin pipis bingung minta tolong pada siapa karena tidak ada yang aku kenal, akhirnya bisa saja mengompol; Tidak mood untuk belajar, karena yang aku pikirkan dan inginkan hanyalah orangtuaku yang bisa memberiku rasa aman dan nyaman; Bisa menjadi luka mendalam hingga terbawa mimpi dan sering mengigau saat tidur; Imunitas tubuh menjadi lebih rendah dan mudah sakit.
Apa dampaknya bila anak dipaksa untuk tetap tinggal disekolah saat belum siap berpisah dengan ibu asuh?
Anak bisa mengalami luka batin, rasa trauma yang secara tidak sadar terpendam dialam bawah sadar, otak reptilnya aktif bisa marah dan melukai oranglain, otak atas anak sulit untuk berkembang, proses belajar menjadi tidak efektif bahkan bermainpun menjadi tidak menyenangkan kecuali bila guru disekolah mampu membangun kedekatan dengan anak, mampu membangun kepercayaan dengan anak dan membangun ketertarikan anak dengan permainan tertentu. Kembali lagi pada si anak, apakah termasuk anak yang mudah dialihkan atau anak yang memiliki pendirian yang sangat kuat.
Apa dampaknya bila anak tidak dihargai keinginannya, bila pendapat anak tidak didengar?
Anak merasa tidak dihargai karena pendapatnya tidak diperhatikan, anak akan mudah untuk tidak menghargai oranglain, anak menjadi sulit percaya diri, menyalahkan diri sendiri atas judge oranglain dan memiliki citra diri negatif atas label negatif yang diberikan oleh oranglain. Hal ini bisa terbawa hingga anak dewasa.
Menurut teori perkembangan anak Erick Erickson (Teory psychosocial development), anak usia 3-5 tahun sedang mengalami tahapan perkembangan Inisiative vs Guilt. Anak mulai memiliki prinsip bertindak sesuai keinginannya, mulai mengembangkan kemampuan berargumentasi dan bernegosiasi. Bila sejak dini dikembangkan kemampuan ini, kedepan ia akan menjadi orang yang ambisius, inisiator, kreatif, dan berprestasi. Namun bila kemampuannya dihambat, anak berpendapat tidak dihargai, anak punya keinginan sesuatu disepelekan, anak di label negatif, dll. Maka kedepannya, 15 atau 25 tahun mendatang akan tumbuh menjadi orang yang takut berinisiatif, takut berpendapat, self esteem rendah, pencemas dan sulit mengambil keputusan.
Apa manfaatnya bila anak dihargai, dipahami kebutuhan psikologisnya dan didengarkan pendapatnya untuk minta ditemani pengasuh dalam beberapa awal waktu disekolah?
Anak tidak akan mengalami nangis ngejer, tidak akan muncul reaksi perilaku negatif, internal motivation anak akan tumbuh untuk bersekolah, anak menjadi ceria saat bersekolah, proses belajar dan bermain menjadi efektif dan menyenangkan, anak merasa lebih percaya diri karena terbantu untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Manfaat lainnya tidak hanya dirasakan saat ini, namun anda telah berinvestasi untuk mengembangkan karakter anak pada 15-25 tahun mendatang. Anak akan mudah menghargai oranglain, anak memiliki self esteem yang tinggi, anak menjadi percaya diri, komunikasinya baik, memiliki empati yang tinggi, mampu membuat keputusan dengan baik, problem solver, menjadi orang yang menyenangkan, tidak pencemas, tidak peragu dan sangat sayang serta perhatian pada orangtuanya. Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai dimasa depan.
Bagaimana menghadapinya?
Lantas apa yang harus dilakukan oleh orangtua untuk membantu anak agar siap bersekolah dan berpisah dengan ibu asuh? Rumusnya hanya 3 :
1. Pahami anak anda
2. Pahami anak anda
3. Pahami anak anda
Lha ketiga rumusnya koq sama semua? iya betul sekali. Memahami anak anda itulah kunci penting yang harus dimiliki oleh orangtua. Pahami kepribadiannya, pahami masalah yang ia alami, pahami kebutuhan psikologisnya (bantuan apa yang ia butuhkan). Karena setiap anak unik, tidak boleh diperlakukan sama dengan anak lain. Anda dapat melakukan observasi dan membangun koneksi dengan anak serta menjadi detektif untuk memahami kondisi anak anda.
- Setiap anak membutuhkan proses adaptasi yang berbeda-beda, sesuai dengan historinya
- Setiap anak membutuhkan waktu adaptasi yang berbeda-beda, sesuai kemampuannya
- Setiap anak membutuhkan skafolding (bantuan) yang berbeda-beda, sesuai masalahnya
1. Pahami kepribadian anak anda bisa dengan pendekatan teori kepribadian Big 5 personality.
Apakah anak anda tergolong anak yang mudah cemas bila bertemu dengan orang baru atau berpisah dengah ibu asuhnya (Neurotisme tinggi). Apakah anak anda agak lama beradaptasi dan bergaul dengan lingkungan baru, sebenarnya ia ingin bersosialisasi, namun masih malu dan bingung cara memulainya serta membutuhkan waktu menyendiri untuk mengumpulkan energi (Extravertion rendah). Apakah ia memiliki rasa ingin tau yang besar (Openess). Dia sedang dalam proses pengamatan yang detile terhadap lingkungan, berhati-hati dan fokus mencapai tujuan (Conscientiousness). Bila ada seseorang yang kesulitan, anak cenderung mudah membantu (Agreeableness). Pahami anak dan lihatlah dari sudut pandang anak, maklumlah pada dirinya yang masih berkembang serta yakinlah bahwa setiap orang pasti dapat berkembang dengan baik bila terus dilatih dan disupport.
2. Pahami masalah yang dialami anak dengan mempelajari ulang history terbentuknya perilaku yang ia munculkan.
Mengapa anak saya sulit sekali berpisah dengan orangtuanya? Banyak sebab dibalik semua perilaku anak. Pasti ada latar belakang atau alasan yang melandasi (believe behind behaviour).
Misalnya attachment dengan ibu asuh sangat kuat, anak sangat nyaman dan merasa dihargai bila bermain bersama ibu asuh. Sebelumnya anak berada dalam situasi pandemi, jarang diajak berinteraksi dengan oranglain, maka wajar sekali bila keberaniannya untuk bersosialisasi dengan oranglain dan berpisah sebentar dengan ibu asuh agak susah. Selain itu mungkin ada sebab-sebab lain yang mendasari.
3. Pahami kebutuhan psikologisnya dengan pendekatan teori psikososial Erickson.
Beri kesempatan anak menceritakan apa yang ia rasakan? dengarkan argumentasinya dan hargai pendapatnya.
Anda juga dapat menanyakan kepada anak, “apa yang bisa mama bantu untuk meredahkan rasa cemasmu?”
Bila kita berempati, memberi rasa aman dan mensupport anak, 15 atau 25 tahun lagi, anak anda akan tumbuh menjadi orang yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik, menghargai oranglain, percaya diri, self esteem tinggi, empati tinggi, problem solver, berani mengambil keputusan, tidak pencemas, tidak peragu dan memiliki kepribadian positif lainnya.
Solusi yang bisa anda lakukan adalah ajarkan sedikit demi sedikit, sering ajak anak berinteraksi dengan orang lain, contohkan cara memulai berkomunikasi dengan oranglain, transferkan bahwa oranglain juga bisa dipercaya. Lebih efektif bila sering mengajak anak bermain ke rumah teman sekolahnya atau bekerjasama dengan pihak sekolah untuk lebih aktif dalam membangun kepercayaan pada anak. Amati dan ucapkan terimakasih padanya (sekecil apapun progresnya), serta perbanyak pengalaman suksesnya.
Pahami juga bila anak mengalami kendala berpisah dengan ibu asuh sehari hanya 2 jam dan berlangsung lebih dari 3 minggu, apakah anak mengalami Separation Anxiety ataukah hanya sekedar membutuhkan waktu sebentar untuk adaptasi? Tentunya proses treatmennya juga akan berbeda.
*Agar mempermudah anda sebagai orangtua, stimulasi perkembangan bahasa pada tahun pertama dan tahun kedua anak haruslah dilakukan dengan baik, agar tidak menjadi kendala pada proses mendidik anak anda pada tahapan berikutnya seperti mendampingi anak menjalani adaptasi masuk sekolah dan berpisah dengan ibu asuh.
Konsultasikan pada psikolog atau konselor parenting anak usia dini, bila anda memiliki kendala yang sulit untuk diselesaikan.