Pada saat Tahun Baru Hijriah, di Indonesia tak seramai orang-orang memperingati tahun baru masehi. Kenapa ya kawan? Kali ini saya memanggil sobat inspirasi atau ayah bunda dengan sebutan “kawan”. Karena dibawah ini saya akan menampilkan puisi Renungan akhir tahun oleh GUS MUS yang sering menyebut para pembaca dengan sebutan kawan.

Luar biasa, saya sangat tertarik dengan karya puisi beliau, meskipun padahal saya tidak terlalu suka dengan puisi. Berikut puisi karya Gus Mus, mari kita renungi bersama:

Renungan Akhir Tahun karya Gus Mus

Kawan, sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya

Kawan siapakah kita ini sebenarnya?
Muslimkah, mukminin, muttaqin, kholifah Allah, umat Muhammadkah kita?
Khoirul ummatinkah kita?
Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi?
Hanya budak perut dan kelamin.

Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksa, kita khusyuk didepan masa
Dan tiba tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya

Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug, atau pernyataan setia pegawai rendahan saja.
Kosong tak berdaya.

Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda.

Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia di surga.

Puasa kita rasanya sekadar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat.
Ketika datang rasa lapar atau haus, kita manggut manggut, ooh…beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara saudara kita yang melarat.

Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilanya untuk kupon undian yang sia-sia
Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat ganda

Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar. Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi “HAJI” Kawan.

Lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya, mensiasati dunia khalifahnya?

Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran, mengacau dan menipu demi keselamatan

Memukul, mencaci demi pendidikan
Berbuat semaunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa apa demi ketenteraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian

Pendek kata demi semua yang baik halallah sampai yang tidak baik.

Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi
Jangan ganggu mereka

Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa
Para pemimpin sedang mengatur semuanya

Biarkan mereka di atas sana
Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri


Karya K.H. Ahmad Mustofa Bisri

Puisi ini terdapat dalam buku Antologi Puisi Tadarus karya Gus Mus, terbitan Adicita Karya Nusa Yogyakarta, 2003.

Meskipun puisi diatas diterbitkan dalam buku Antalogi sejak tahun 2003, namun setiap tahun, puisi ini layak untuk diunggah kembali sebagai bahan renungan kita bersama.

Puisi diatas mengajak kawan semua untuk ikut merenung, mengevaluasi diri apa yang sudah kita lakukan ditahun-tahun sebelumnya. Saya pun juga ikut tertampar rasanya, apakah waktu yang saya miliki sudah benar-benar dimaksimalkan untuk mencari ridho Allah ataukah hanya sebagai “budak perut dan kelamin”? (mencuplik bahasa dalam karya puisi Gus Mus diatas).

Selain puisi diatas memberikan maksud agar kita semua melakukan evaluasi diri, mungkin juga ada pesan tambahan yang ingin disampaikan oleh Gus Mus tentang tingkah orang-orang yang sering mengganggu kedamaian dan mengacaukan keseimbangan alam. Agar kita semua mendukung upaya-upaya pembangunan yang dilakukan oleh masing-masing peran, serta ikut serta menjadi agen pembangunan yang turut merawat serta memakmurkan bumi ciptaan Allah ini.

Yang susah adalah bila kebijakan pemimpin ada yang kurang disetujui rakyat. Rakyat hendak memberi masukan atau penolakan harusnya pada saluran yang mana ya yang efektif dan efisien didengar, diperhatikan dan ditanggapi? (Silahkan memberi masukan di kolom komentar). Alih-alih maksud dan tujuan pemimpin kurang terpahami rakyat, tolong dikomunikasikan secara jelas dan dicarikan solusi yang solutif agar tidak menimbulkan miss persepsi dan menimbulkan kegaduhan.

Baiklah kawan, setelah melakukan renungan akhir tahun dengan bantuan puisi diatas, kita semua dianjurkan untuk melakukan permohonan ampun dan kesadaran untuk bertobat dengan mengucapkan doa akhir tahun.

Doa Akhir Tahun

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Artinya, “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah Engkau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”

Doa ini sangat bagus artinya, permohonan ampun, pengakuan kesalahan diri dan adanya kesadaran diri untuk bertobat juga bisa dilakukan dihari-hari biasa meskipun tidak dalam peringatan pergantian tahun baru hijriah. Namun alangkah lebih baik bila proses evaluasi dan permohonan ampun juga dilakukan dimoment yang tepat, bahkan disetiap pergantian bulan hijriah.

Karena sesungguhnya menurut sejarah, tahun baru hijriah adalah awal penetapan tanggal pada saat nabi hijrah (oleh Umar bin Khothob). Sehingga kita dapat menjadikan moment tahun baru hijriah untuk mengenang momen perjuangan hijrahnya Nabi Muhammad SAW. Ada banyak peristiwa yang terjadi bersamaan dengan moment hijrahnya Nabi (piagam madinah, peristiwa gua tsur, pembangunan masjid pertama di madinah, mempersaudarakan kaum anshor dan muhajirin, dll). Dari peristiwa2 tersebut, tampak jelas perjuangan, kecerdasan dan kehebatan Nabi Muhammad yang patut kita teladani.

Sehingga pergantian tahun baru hijriah juga bisa dijadikan sebagai moment mengenang kehebatan nabi Muhammad serta menerapkan pada konteks diri kita, yaitu berhijrah / pindah menuju ke perbuatan-perbuatan yang benar yang di perintahkan Allah SWT.


Setelah memohon ampun dan berdoa Akhir Tahun, ba’da magib (sebagai tanda waktu memasuki hari baru / hilal) hendaklah kita berdoa untuk Awal Tahun, dengan harapan Allah menganugerahkan rahmat, lindungan, kesehatan, keharmonisan, keselamatan, kelapangan rezeki, jodoh, karir, wafat husnul khatimah, dan berbagai kebaikan lainnya.

Doa Awal Tahun


اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Artinya, “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

Doa awal tahun ini juga sangat bagus artinya, saran untuk mengucapkan doa ini sebanyak 3x tidak lain dan tidak bukan untuk menambah ghiroh dalam diri kita, agar semakin menghayati doa tersebut dan kita dapat benar-benar khusyuk memohon pertolongan dan bimbingan Allah agar tidak terjerumus pada hawa nafsu serta senantiasa diberi ingatan agar terus memikirkan bahwa semua perbuatan kita hanyalah untuk mengharap Ridho Allah SWT.

Selamat Tahun Baru Hijriah Kawanku, semoga renungan akhir tahun dan doa awal tahun ini dapat membawamu pada kesadaran dan taubatan nasukhah termasuk pada kawan-kawan pemimpin yang memiliki tanggungjawab lebih besar dibandingkan yang dipimpin.

Semoga kita semua menjadi insan yang terdepan dalam kebajikan. Aamiin aamiin ya Robbal alamiin.